Selasa, 28 April 2015

YANG TAK BOLEH TERULANG


Dulu, keadaanku berbeda jauh dengan saat ini. 
Dulu, aku bisa “membuang”-nya sesuka hati. Seakan esok hari bisa memilikinya kembali.


            Sesuatu yang saat ini seharusnya tak boleh aku lakukan. Kau tahu apa? Waktu dan Uang.  Aneh sekali bukan? Bagiku tidak. 
Memang seharusnya seperti itu. Keduanya sangat berharga dihidupku. Aku malah baru merasakan betapa berharganya mereka.

Waktu. Waktu yang kupunya dalam sehari hanya 24 jam. Ya, 24 jam bukan 48 jam. Dan didalam 24 jam itu, sering aku habiskan dengan percuma bahkan aku buang sia-sia. Waktu yang seharusnya aku gunakan untuk hal-hal yang bisa menunjang masa depanku malah kutinggalkan begitu saja. Menyesal? Sangat.

Terbayang saat membuang waktu saat itu, andai aku bisa memanfaatkannya sebaik mungkin, mungkin aku tak akan seperti ini sekarang. Waktu bermain yang sangat banyak, waktu untuk membicarakan keburukan orang lain dan waktu yang kugunakan untuk menggunakan topeng pada orang-orang. Begitu seram bukan? Memang.

Tapi it was my life. Jangan kau tiru kawan! Waktu yang kau punya sekarang haruslah kau gunakan sebaik-baiknya dan sebijaksana-bijaksananya.

Akupun begitu. Aku tegaskan itu hanya masa lalu. It was my journey of my life but I realize that is all bad. Sekarang, aku harap waktu yang kupunya waktu yang hanya 24 jam itu bisa kugunakan sebaik mungkin. Bisa kugunakan untuk belajar dan meraih mimpi dalam hidupku. Semua kebiasaan burukku dalam menilai waktu seolah tak berharga akan kuhapus. Aku harus bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin.



“The wisely time can bring you to the place that you want. Use your time wisely or you’ll be regret for what you’ve done”

Minggu, 26 April 2015

b e b a s


Ribuan jam sudah kulalui.

Ribuan bahkan jutaan rasa sakit sudah kulalui.

Ribuan tetesan air mata sudah jatuh.

Aku bertanya setiap saat kapan ini semua akan berakhir?.
Hatiku terlalu rapuh untuk lalui sisa waktu.
Ingin aku mengakhiri semua rasa sakit ini.

Andai semua tahu
Andai semua tahu
Semua perjalanan penuh sesak ini
Semua kesakitan hati ini

Andai engkau tahu
Andai engkau tahu
Betapa kuat aku dulu
Betapa gagah aku dulu

Dulu.

Muak untuk menerima
Muak untuk merasakan

Bebas! Bebas!

Satu kata terus berputar

Bebas!

Satu kata yang susah untuk ditemukan

Bahkan untuk dirasakan

Sabtu, 25 April 2015

Teruntuk Engkau

Teruntuk Engkau, Sayap Pelindungku.

Dia. Dia adalah sosok lelaki tangguh yang selalu melindungiku.
Dia. Dia adalah sosok lelaki yang rela menguras seluruh tenaga bahkan rasa malunya hanya untukku.

Teruntuk engkau, cinta pertama dan terakhirku, Ayah.

Tak seperti kebanyakan remaja putri yang rata-rata dekat dengan Ibunya. Aku. Aku malah lebih dekat dengan Ayah. Ayah adalah sosok yang selalu aku banggakan kepada siapapun. Kebanggaan karena seluruh kerja kerasnya untukku selama 18 tahun ini.

Kata terima kasih masih sangat malu kuucapkan padanya. Hanya sesekali saja. Tapi dalam doa dan rasa bersyukurku pada Allah, aku ucapakan rasa terima kasihku karena Ayah telah menjadi Ayah yang terbaik. Lelaki pertama yang membuatku jatuh cinta. Lelaki pertama yang mengajarkan aku berbagai hal di dunia ini.

Teruntukmu Ayah.

Terima kasih karena Ayah selalu mendukungku, menyayangiku, treating me so well dan memberikanku yang terbaik selama hidupku.
Kata tak akan pernah bisa melukiskan perasaan cintaku padamu. Perasaan banggaku padamu.
Teruntukmu Ayah.

Cahaya dikegelapanku

Matahari hariku

Pelangi jiwaku